Dengan Cinta Seharusnya Kita...

Prasasti taman temu.

Aku ingin mengajakmu untuk melihat betapa baiknya tuhan menciptakan keindahan dalam hal-hal yang sederhana. Sore ini, sebentar lagi, lihatlah ke arah barat bagaimana kamu akan terpesona pada sinar yang dipancarkan sang Surya sebelum menuju gelapnya.

“Senja?” Katamu.

Ya, orang-orang menyebutnya senja, namun, mereka menganggap bahwa senja haruslah dinikmati di atas ketinggian. Gunung bagi sang pendaki, atap gedung bagi orang kaya, dan kafe atas angin bagi orang mewah.

Jika benar demikian, sudah pasti orang yang jauh dari gunung akan kesulitan untuk menikmatinya, pun dengan orang miskin yang tidak pernah masuk ke dalam gedung karena membayangkannya pun tak kira tidak pernah, dan orang-orang sederhana seperti kita yang sayang jika uang yang dipunya hanya untuk pergi ke kafe membeli secangkir minuman yang harganya bisa sampai dua puluh lima ribu.

Senja itu nikmat dari tuhan untuk semuanya, jangan mengklasifikasikan hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki hak menikmatinya.

°°°

“Re, apakah kamu tahu?”

“Apa?”

Aku berpendapat bahwa setiap individu itu merdeka, tidak ada siapa pun yang berhak untuk menjadikannya tuan atas siapa. Satu manusia adalah tuan atas dirinya, begitu juga manusia-manusia lainnya. Berprinsip pada hal ini, aku tidak risau terhadap perspektif orang-orang terhadapku dan tidak menjadikannya sebagai sebuah beban sehingga aku menjadi resah, atau orang-orang menyebutnya over thinking.

Aku meyakini bahwa setiap dari kehidupan adalah sebuah pilihan. Semua yang ada pada kehidupan adalah pilihan yang mana setiap individu harus memilih dan memutuskan. Namun, perlu di garis bawahi bahwa setiap keputusan yang di ambil memiliki kadar bobotnya masing-masing sesuai dengan substansi pilihan yang ada.

Ada pilihan-pilihan yang sifatnya sederhana seperti halnya mau makan apa hari ini, memakai pakaian apa untuk acara malam nanti, dan sebagainya. Ada pula pilihan yang sifatnya lebih tinggi, dalam artian butuh pertimbangan banyak untuk memutuskan karena akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Seperti setelah lulus mau melakukan apa, kuliah atau kerja, kalau kuliah dimana serta bagaimana biaya dan lainnya, ataupun kalau kerja sudah memiliki skill apa untuk diterima di tempat kerja mana.

Rumit atau tidaknya adalah tergantung bagaimana individu itu sendiri dalam menyikapi setiap persoalan yang di hadapi.

“Jadi?” Tanyamu.

Aku ingin menggunakan hak ku sebagai individu yang merdeka untuk memilih dan memutuskan tanpa tendensi apa pun dan tanpa intervensi dari siapa pun. Aku memutuskan untuk mencintaimu, menjalin ikatan komitmen bersamamu, menebarkan kebaikan bersamamu, melakukan hal-hal sederhana bersamamu, dan semuanya bersamamu, bagaimana?

“Kau yakin?”

Aku tidak pernah bercanda menyoal rasa, apalagi menyangkut seseorang. Tidak mudah bagiku untuk menyampaikan apa yang baru saja aku sampaikan kepadamu. Butuh waktu panjang untuk mengumpulkan keberanian sampai dengan detik ini. Mengagumi dari jauh dan menyelami setiap keindahan tuhan yang ada pada dirimu secara diam selama ini hanya memenjarakan batin.

Aku tidak memaksa karena kau pun individu yang merdeka, kau memiliki hak untuk menerima, menolak, atau tidak menjawabnya.

“Dengan ini, aku pun menggunakan hak ku sebagai individu yang merdeka untuk memilih, dan aku memutuskan menerima ajakanmu untuk menjalin komitmen, menebarkan kebaikan, melakukan hal-hal sederhana, dan semuanya bersama.” Jawabmu dengan tersenyum.


Hari ini aku saksikan sendiri dua anugerah keindahan dari sang tuhan; senja dan kamu. Senja adalah anugerah tuhan yang tidak bisa aku miliki karena ia berhak dinikmati oleh setiap manusia, tapi kamu adalah milikku seutuhnya.

 

Satu lagi; bertambah rutinitas.

Dini hari aku terbangunkan oleh dinginnya kipas angin yang memang sengaja tidak aku matikan untuk menemani lelapku. Tadi malam terasa panas, mungkin ini jawabnya, gerimis pagi ini, sepertinya habis hujan lebat. Aku tidak menyadari, “terlalu pulas” batinku.

Semalam selepas menghantar Rea pulang, aku mampir dulu ke tempat Firman kawanku, ia membantu bapaknya yang memiliki usaha warkop yang sekaligus menjadi tempat nongkrong aku dengan kawan-kawanku.

Di sana sudah ada Ilmi, Diki, dan beberapa kawan-kawan yang lain. Seperti biasa kami bercengkerama hangat hingga larut. Memang, kalau sudah berkumpul seperti ini sering lupa waktu. Tapi tidak denganku malam itu, aku selalu mengingatnya, pada waktu bersamamu; tidak pernah aku akan melupakannya.

Selepas melaksanakan sembahyang subuh, seperti biasa aku menjalankan rutinitas pagi hari; membaca buku dengan ditemani secangkir kopi hangat. Sebelum itu, aku kirimkan pesan untukmu, melalui ponsel ku ucapkan selamat pagi yang mulai saat ini akan menjadi bagian dari rutinitas pagi hari bersama buku dan secangkir kopi.

Pagi ini adalah pagi hari yang membahagiakan, meski tidak secerah pagi-pagi sebelumnya. Namun, rintik air yang turun dari langit menghadirkan alunan nada yang romantis; lagu kerinduan menghadirkan bayanganmu dalam setiap tetes hujan dan secangkir kopi pagi ini pun terlihat wajah indahmu. Nanti, selepas hujan reda, mentari akan menampakkan diri, keluarlah dan lihatlah langit, pelangi akan hadir, ku harap kau akan tersenyum melihatnya.

Cinta memang ajaib, ia memberikan energi yang luar biasa kepada siapa saja yang menanamkannya dalam hati. Hal yang berat akan terasa ringan jika dilakukan dengan cinta, hal yang sulit akan terasa mudah jika dilakukan dengan cinta, bahkan hal yang tidak mungkin sekalipun akan menjadi mungkin jika di dasarkan pada cinta. Begitu juga dengan kehidupan akan terasa hampa tanpa adanya cinta.

Untuk itu, jika kehidupanmu dirasa membosankan atau setiap yang kamu lakukan hanya ada kesia-siaan. Mungkin, kau melakukannya tidak atas dasar cinta tapi pengharapan. Atas apa yang kamu kerjakan masih saja mengharapkan imbalan. Oleh karenanya, ketika kau tidak mendapatkan apa yang kamu ingin, kau merasa menyesal dan mengutuk apa yang kamu kerjakan, padahal itu adalah kamu sendiri yang melakukan.

Dengan cinta kita belajar ikhlas menerima apa saja. Cinta tidak butuh pengakuan dan balasan. Cinta adalah kamu memberi tanpa mengharapkan imbal balik. Kau mencintainya, tapi tidak lagi menjadi cinta kalau memaksa untuk dicintai balik. Cinta adalah rasa ikhlas yang lahir dari hati yang memberi tanpa diminta.


Cinta adalah ketika kau melihat setiap keindahan akan selalu ingat dan terbayang wajahnya, kemudian kamu tidak lupa untuk bersyukur kepada sang penciptanya.

 

Selembar kertas putih.

Selembar kertas putih telah siap untuk dituliskan di atasnya setiap detail perjalanan yang nanti akan kita lalui. Perahu dengan layar terkembang menghantarkan kita menjelajah samudera luas. Bekal pengetahuan dan intelektual akan sangat dibutuhkan dalam medan perjuangan. Kedewasaan akan membuat bertahan sampai kepada tujuan.

Tapi tenangkanlah hatimu, kita akan melaluinya dengan bersama. Sebuah perjalanan memang tidaklah mudah, jalan tidak akan mulus, pasti akan ada bebatuan yang mengganjal bisa membuat kaki terluka kapan saja, akan ada ombak besar yang bisa menenggelamkan, akan ada jembatan tua yang jika kita tidak hati-hati akan terjatuh ke dalam jurang, akan ada gunung-gunung tinggi yang perlu kita daki, dan akan ada halang rintang yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Bermodalkan keyakinan kita pasti bisa melaluinya, sekali lagi hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika didasarkan pada rasa cinta. Kepercayaan menjadi salah satu kunci yang membawa pada sebuah keberhasilan. Begitu sebaliknya, penghianatan yang akan membawa kepada kehancuran.

Sudah aku serahkan semua kepercayaanku kepadamu untuk kau rawat dan jaga. Hati ku sepenuhnya untukmu, terserah kau mau apakan. Setiap langkahku selalu teriring atas kerinduanku padamu. Puisi-puisi romantis tercipta karena mu, turut serta mewarnai kertas putih perjalanan kita.

Ketakutan-ketakutan yang ada pada dirimu hanya akan memenjarakan batinmu, cobalah untuk berani berkata tidak jika memang tidak sesuai dengan hati nuranimu. Kamu terlalu baik memikirkan orang-orang yang sama sekali tidak pernah memperdulikanmu. Aku yang disini, aku yang setia menemani; dalam bahagia maupun sedihmu.

°°°

Air laut yang semula tenang berubah menjadi ganas ketika badai datang. Suara orang-orang yang asyik bercengkerama seketika tidak terdengar dikalahkan oleh petir yang menggelar. Suasana hangat berubah menjadi hening menakutkan. Di sini ramai, namun aku kesepian. Mulut diam tapi hati berdialektika sendiri. Tanpa adanya dirimu di sampingku, semuanya terasa membingungkan.

Laksana nahkoda yang tidak tahu arah, pendaki yang tersesat, pejalan kelelahan, dan tangis anak-anak menahan rasa lapar. Sama-sama bising namun rasanya berbeda.

Sayangku..

Dalam hidup, kita terlalu egois kalau hanya memikirkan diri sendiri. Terlalu singkat untuk sebuah ambisi. Prinsip-prinsip yang sering di gembar-gemborkan orang-orang sama sekali tidak ada eksekusinya. Kebenaran sekarang menjadi fiktif belaka, dan kebaikan hanya dilakukan ketika ada yang mendokumentasikan.

Aku tidak ingin seperti itu, komitmen kita adalah selalu bersama; termasuk dalam hal menebar kebaikan. Aku pun tidak setuju ketika ada yang bilang cinta itu buta dan tuli. Karena dengan cinta kita seharusnya bisa melihat bahwa masyarakat masih banyak yang membutuhkan uluran tangan kebaikan, anak-anak yang kau lihat di setiap sudut jalan itu bukan keinginan mereka melakukan seperti itu, keadaanlah yang memaksa.

Dengan cinta seharusnya kita bisa mendengar tangisan-tangisan mereka yang kedinginan karena hanya tidur di bawah jembatan yang beralaskan koran. Kita seharusnya paham bahwa ada seorang ibu yang terpaksa tersenyum di depan anak-anaknya untuk memberikan ketenangan. Percayalah, dalam hatinya menahan air mata yang sebentar lagi tidak akan terbendung lagi.

Aku bukan bermaksud mengatakan bahwa ke semuanya ini adalah menjadi tanggung jawab kita, tidak. Tapi, maksudku adalah kita harus menjadi bagian dari kesadaran yang hampir punah ini. Kita yang sadar ini yang harus merawat, dan sebisanya menebarkan.

Tidak mudah memang, apalagi banyak cibiran orang-orang yang menganggap kita sok peduli, sok ini atau sok itu. Tak perlu kau risaukan mereka. Tak perlu pula kau membenci mereka. Aku yakin di luar sana masih banyak yang mau turut serta, karena yang demikian itu hanya beberapa. Yakin saja atas apa yang kita lakukan, semesta yang akan membalasnya.


Anjing menggonggong khafilah tetap berlalu; adalah peribahasa yang relevan untuk kita. Tak apa kita pakai, daripada disalah gunakan oleh mereka yang berbuat keburukan. Mari terus kita tebarkan kebaikan dengan cinta yang kita miliki.

Komentar

Postingan Populer